Segala puji bagi Allah, salawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah. Amma ba’du.
Kita mungkin pernah mendengar istilah ‘multi-talenta’. Ya, orang yang digelari dengan istilah ini artinya orang tersebut memiliki bakat dan keahlian yang beraneka-ragam, bukan satu keahlian saja. Bicara soal bakat, mungkin masing-masing orang memang berlainan. Namun, jika berbicara soal amal kebaikan, tidak selayaknya seorang muslim menyia-nyiakan berbagai pintu kebaikan yang dibukakan untuknya. Karena dengan memanfaatkan berbagai pintu kebaikan yang ada, maka seorang hamba akan bisa meraih keutamaan yang sangat agung di akherat kelak, yaitu dipanggil masuk surga dari semua pintu surga… Sungguh, sebuah harapan yang sangat mulia!
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan di dalam Shahih mereka berdua hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan ‘sepasang hartanya’ di jalan Allah maka dia akan dipanggil -oleh malaikat- dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba Allah! Inilah kebaikan -yang akan kamu peroleh-.’ Barangsiapa yang tergolong ahli sholat, maka dia akan dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa yang tergolong ahli jihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang tergolong ahli sedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang tergolong ahli puasa, maka dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan.” Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, “Wahai Rasulullah, bahaya apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Lantas, apakah ada orang yang dipanggil dari kesemua pintu itu?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ada. Dan aku berharap semoga kamu termasuk di dalamnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di beberapa tempat; [1] Kitab ash-Shaum [hadits no. 1897], [2] Kitab al-Jihad wa as-Siyar [hadits no. 2841], [3] Kitab Bad’u al-Khalq [hadits no. 3216], [4] Kitab Fadhail ash-Shahabah [hadits no. 3666], dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim di Kitab az-Zakah [hadits no. 1027], lihat Fath al-Bari [4/132] dan Syarh Shahih Muslim [4/351])
Makna ‘Sepasang Harta’
al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan ‘sepasang harta’ di dalam hadits di atas adalah dua buah harta yang serupa dari jenis apa saja (Fath al-Bari [4/132]). an-Nawawi rahimahullah menukil keterangan al-Harawi, bahwa tafsiran dari sepasang harta itu misalnya; dua ekor kuda, dua orang budak, atau dua ekor unta (lihat Syarh Shahih Muslim [4/351]).
Ibnu Baththal rahimahullah menerangkan bahwa yang dimaksud dengan ‘sepasang harta’ adalah dua buah [harta benda], seperti misalnya dua keping dinar, dua helai pakaian, dan semacamnya (lihat Syarh Shahih al-Bukhari li Ibni Baththal [4/15]). Lalu, apa maksudnya? an-Nawawi rahimahullah menyimpulkan bahwa ungkapan ‘sepasang harta’ ini menunjukkan keutamaan bersedekah dan membelanjakan harta untuk ketaatan serta [kita] dianjurkan untuk memperbanyak hal itu (lihat Syarh Shahih Muslim [4/352]). Dengan kata lain, apabila kita bersedekah maka jangan pelit-pelit…
Pintu ar-Rayyan Bagi Ahli Shaum
Hadits ini menunjukkan salah satu keutamaan ibadah puasa, yaitu bahwasanya orang-orang yang tekun mengerjakan ibadah yang agung ini kelak di akherat akan dipanggil untuk masuk surga melalui pintu ar-Rayyan. Oleh sebab itu, Imam Bukhari rahimahullah memasukkan hadits ini dalam Kitab ash-Shaum dengan judul bab ‘ar-Rayyan bagi orang-orang yang berpuasa’ (lihat Fath al-Bari [4/131]).
Selain hadits di atas, di dalam bab tersebut Imam Bukhari juga membawakan hadits dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu, yang disebut dengan ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk [surga] dari pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang memasuki pintu itu selain mereka. Akan ada panggilan, ‘Dimanakah orang-orang yang berpuasa?’. Maka mereka pun berdiri. Tidak ada yang melewatinya selain mereka. Apabila mereka telah masuk [semua] maka pintu itu akan ditutup sehingga tidak ada lagi seorang pun yang melewatinya.” (HR. Bukhari di Kitab ash-Shaum [hadits no. 1896] dan di Kitab Bad’u al-Khalq [hadits no. 3257], dan Muslim di Kitab ash-Shiyam [hadits no. 1152], lihat Fath al-Bari [4/131] dan Syarh Shahih Muslim [4/485])
Keutamaan Infaq fi Sabilillah
Hadits ini juga menunjukkan keutamaan yang besar pada amalan infaq -membelanjakan harta- fi sabilillah. Yang dimaksud dengan fi sabilillah di sini tidak terbatas pada jihad saja. Berdasarkan riwayat yang dibawakan oleh Imam Ahmad yang artinya, “Bagi setiap ahli amalan akan dipanggil dari pintu amalan tersebut.” maka al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan fi sabilillah lebih luas daripada jihad dan amal-amal salih lainnya.” (Fath al-Bari [6/57]). Qadhi ‘Iyadh rahimahullah menguatkan pendapat bahwa yang dimaksud fi sabilillah di sini mencakup seluruh perkara kebaikan, sebagaimana dinukil oleh an-Nawawi (lihat Syarh Shahih Muslim [4/352]). Meskipun, kata-kata fi sabilillah jika disebutkan tanpa kaitan maka secara umum maksudnya adalah jihad sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah (lihat Fath al-Bari [6/55])
Walaupun, tentu saja membelanjakan harta demi keperluan jihad fi sabilillah merupakan amalan yang juga sangat utama. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu’anhu, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mempersiapkan perbekalan untuk seorang pasukan fi sabilillah maka sesungguhnya dia telah ikut berperang. Dan barangsiapa yang membantu sanak kerabatnya yang ditinggal perang maka sesungguhnya dia juga telah ikut berperang.” (HR. Bukhari di Kitab al-Jihad wa as-Siyar [hadits no. 2843] dan Muslim di Kitab al-Imarah [hadits no. 1895], lihat Fath al-Bari [6/58] dan Syarh Shahih Muslim [6/522])
Ada sebuah pelajaran menarik dari hadits ini. an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini mengandung dorongan untuk berbuat baik/ihsan kepada orang-orang yang menunaikan tugas-tugas kemaslahatan bagi kaum muslimin atau orang-orang yang menegakkan urusan-urusan penting bagi mereka/kaum muslimin.” (Syarh Shahih Muslim [6/522]). Hal jazaa’ul ihsan illal ihsan…
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu
Hadits ini menunjukkan keutamaan yang ada pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang beliau, “Aku berharap semoga kamu termasuk di dalamnya.” Yaitu golongan orang-orang yang dipanggil dari semua pintu surga. Hal itu karena harapan dari Allah atau Nabi-Nya pasti terjadi, sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama (lihat Fath al-Bari [7/31] dan Syarh Shahih Muslim [4/353]).
Perlu diperhatikan pula di sini, bahwa yang dimaksud dengan ahli shaum, ahli sholat, ahli sedekah, maupun ahli jihad -yang layak untuk dipanggil dari semua pintu surga itu- bukanlah orang yang semata-mata telah menunaikan kewajiban-kewajiban tersebut. Namun, yang dimaksud adalah orang-orang yang selain menunaikan yang wajib-wajib maka ia juga melakukan amal-amal yang sunnah dan konsisten dalam melaksanakannya. Abdul Wahid berkata: Seandainya ada yang bertanya, “Apakah tergolong di dalamnya orang yang [sekedar] menunaikan puasa Ramadhan, menzakati hartanya, dan melaksanakan sholat-sholat wajibnya?”. Jawabnya adalah: Bahwa yang dimaksudkan oleh hadits ini adalah ibadah-ibadah sunnah yang dilakukan secara terus-menerus dan diusahakan untuk diperbanyak. Itulah orang yang layak untuk dipanggil dari pintu-pintu surga (lihat Syarh Shahih al-Bukhari li Ibni Baththal [4/18], lihat juga Fath al-Bari [7/30])
Hadits ini juga mengandung pelajaran bolehnya memuji seseorang di hadapannya selama tidak dikhawatirkan orang tersebut terjerumus dalam fitnah/dosa seperti ujub dan semacamnya (lihat Syarh Shahih Muslim [4/353]). Namun, perlu kita ingat bahwa orang seperti Abu Bakar -dalam hal ilmu maupun amalan- adalah sosok yang sangat jarang ditemukan… Bahkan, di masa para sahabat sekalipun…!
Dalam hal amalan, beliau adalah sosok yang sangat unggul dibandingkan yang lainnya. Sebagaimana telah ditunjukkan dalam hadits pintu ar-Rayyan di atas; tatkala beliau menjadi orang yang dipanggil masuk surga dari semua pintu amalan. Selain itu, juga sebagaimana tercermin dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat, “Siapakah di antara kalian yang hari ini berpuasa?”. Abu Bakar radhiyallahu’anhu menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah memberi makan orang miskin?”. Abu Bakar radhiyallahu’anhu menjawab, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit?”. Abu Bakar radhiyallahu’anhu kembali menjawab, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah itu semua terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti masuk surga.” (HR. Muslim di Kitab az-Zakah dan Kitab Fadha’il ash-Shahabah [hadits no. 1028], lihat Syarh Shahih Muslim [4/353] dan [8/12])
Begitu pula dalam hal ilmu, beliau adalah orang yang paling alim di antara para sahabat. Hal itu sebagaimana tergambar dengan jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk berceramah di atas mimbar. Beliau mengatakan, “Seorang hamba yang telah diberikan pilihan oleh Allah untuk mendapatkan segala perhiasan dunia ataukah apa yang ada di sisi-Nya. Maka hamba tersebut lebih memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Abu Bakar pun menangis dan menangis. Lalu dia berkata, “Kami rela untuk menebus anda dengan bapak-bapak dan anak-anak kami (ya Rasulullah).” Dia -Abu Bakar- berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itulah hamba yang diberi pilihan tersebut.” Ternyata Abu Bakar adalah orang yang paling berilmu di antara kami tentangnya… (HR. Bukhari di beberapa tempat; [1] di Kitab ash-Shalah [hadits no. 466], [2] di Kitab Fadha’il ash-Shahabah [hadits no. 3654], [3] di Kitab Manaqib al-Anshar [hadits no. 3904] dan Muslim di Kitab Fadha’il ash-Shahabah [hadits no. 2382], lihat Syarh Shahih Muslim [8/7])
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya, begitu pula Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ada di antara manusia, orang-orang yang menjadi kunci-kunci kebaikan, penutup-penutup keburukan. Dan ada juga sebagian orang yang menjadi kunci-kunci keburukan, penutup-penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan sebagai pembuka pintu kebaikan, dan sungguh celakalah orang yang Allah jadikan dia sebagai pembuka pintu keburukan.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah [1332], diambil dari ‘Kaifa Takunu Miftahan Lil Khair’, karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah, hal. 5). Semoga Allah menjadikan kita… sebagai kunci kebaikan…! Amin ya Mujiibas saa’iliin…
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar