Oleh M. Hilmi | Ramadan Mubarak – Kam, 2 Agu 2012
Biasanya, Ramadan identik dengan keriuhan. Riuh di kala buka puasa tiba, juga riuh di tempat-tempat belanja. Ramadan telah menjadi ladang bisnis spesial bagi sebagian besar orang kita karena pada umumnya, orang-orang cenderung untuk berbelanja lebih.
Ada yang sedikit berbeda di Ramadan tahun ini. Keriuhan yang sebelumnya selalu menjadi, tahun ini tak terjadi. Ramadan tahun ini cenderung sepi. Hal ini mungkin sedikit banyak dipengaruhi oleh bergesernya musim puasa menjadi lebih maju. Juga karena mulai bergesernya kebiasaan konsumsi masyarakat kita.
Tahun-tahun sebelum puasa tahun ini, Ramadan tiba di bulan aktif kegiatan sekolah-kampus, tahun ini Ramadan jatuh di saat liburan panjang akademik. Hal ini sedikit banyak berpengaruh di tingkat keriuhan kota-kota pelajar yang berbasis pelajar pelancong.
Kota Malang, yang merupakan salah satu kota tujuan pelajar di Jawa Timur, contohnya mengalami hal seperti ini.
Tahun ini, Malang tak seramai biasanya. Para pelajar pelancong yang biasanya meramaikan kota, tahun ini memilih menjalankan puasa di daerah asal masing-masing. Alhasil, para penjual makanan dan jajanan favorit mahasiswa/pelajar jadi sepi dan menurun omzetnya.
Seperti yang diungkapkan Yanto pedagang nasi goreng di bilangan Soekarno Hatta, “Jadi sepi, udah gitu kita berangkat jualannya agak malam, jadi ya menurun” ujarnya. Ada juga penjual jajanan takjil yang kemudian memutuskan untuk tak melanjutkan jualannya karena sepinya pembeli. “Pembelinya tambah dikit, tapi penjualnya tambah banyak”, ujar salah seorang gadis penjual jajanan takjil di bilangan Soekarno Hatta.
Hal serupa juga juga ditemui di kafe-kafe. “Kafe kami mengalami penurunan sebesar kira-kira 15-20 persen,” ujar Nini, salah seorang koki kafe di Malang.
Tentang bergesernya kebiasaan membeli, bisa kita lihat di pasar-pasar baju yang dulunya selalu ramai di bulan Ramadan. “Dulu ketika bulan puasa, apalagi mendekati lebaran, jualan baju di pasar kayak ndak bisa istirahat, rame banget”, ujar Sa’niyah penjual baju di salah satu pasar di Kota Kediri.
Kini, pada umumnya orang-orang akan lebih memilih untuk berbelanja baju di mall atau department store yang kian menjamur di kota-kota mereka. Belum lagi pilihan untuk berbelanja online yang kini menawarkan pilihan item belanja yang lebih banyak, tanpa harus belanja berdesakan di luar rumah.
Pada akhirnya, ramai atau tidak, seharusnya tak mempengaruhi kualitas puasa kita. Mungkin dengan Ramadan yang lebih sepi, kita bisa lebih fokus dalam menjalankan puasa dan ibadah kita. Toh, rezeki tak hanya datang dalam bentuk uang.
Ada yang sedikit berbeda di Ramadan tahun ini. Keriuhan yang sebelumnya selalu menjadi, tahun ini tak terjadi. Ramadan tahun ini cenderung sepi. Hal ini mungkin sedikit banyak dipengaruhi oleh bergesernya musim puasa menjadi lebih maju. Juga karena mulai bergesernya kebiasaan konsumsi masyarakat kita.
Tahun-tahun sebelum puasa tahun ini, Ramadan tiba di bulan aktif kegiatan sekolah-kampus, tahun ini Ramadan jatuh di saat liburan panjang akademik. Hal ini sedikit banyak berpengaruh di tingkat keriuhan kota-kota pelajar yang berbasis pelajar pelancong.
Kota Malang, yang merupakan salah satu kota tujuan pelajar di Jawa Timur, contohnya mengalami hal seperti ini.
Tahun ini, Malang tak seramai biasanya. Para pelajar pelancong yang biasanya meramaikan kota, tahun ini memilih menjalankan puasa di daerah asal masing-masing. Alhasil, para penjual makanan dan jajanan favorit mahasiswa/pelajar jadi sepi dan menurun omzetnya.
Seperti yang diungkapkan Yanto pedagang nasi goreng di bilangan Soekarno Hatta, “Jadi sepi, udah gitu kita berangkat jualannya agak malam, jadi ya menurun” ujarnya. Ada juga penjual jajanan takjil yang kemudian memutuskan untuk tak melanjutkan jualannya karena sepinya pembeli. “Pembelinya tambah dikit, tapi penjualnya tambah banyak”, ujar salah seorang gadis penjual jajanan takjil di bilangan Soekarno Hatta.
Hal serupa juga juga ditemui di kafe-kafe. “Kafe kami mengalami penurunan sebesar kira-kira 15-20 persen,” ujar Nini, salah seorang koki kafe di Malang.
Tentang bergesernya kebiasaan membeli, bisa kita lihat di pasar-pasar baju yang dulunya selalu ramai di bulan Ramadan. “Dulu ketika bulan puasa, apalagi mendekati lebaran, jualan baju di pasar kayak ndak bisa istirahat, rame banget”, ujar Sa’niyah penjual baju di salah satu pasar di Kota Kediri.
Kini, pada umumnya orang-orang akan lebih memilih untuk berbelanja baju di mall atau department store yang kian menjamur di kota-kota mereka. Belum lagi pilihan untuk berbelanja online yang kini menawarkan pilihan item belanja yang lebih banyak, tanpa harus belanja berdesakan di luar rumah.
Pada akhirnya, ramai atau tidak, seharusnya tak mempengaruhi kualitas puasa kita. Mungkin dengan Ramadan yang lebih sepi, kita bisa lebih fokus dalam menjalankan puasa dan ibadah kita. Toh, rezeki tak hanya datang dalam bentuk uang.
0 komentar:
Posting Komentar