Bulan Ramadhan memang penuh cerita. Salah satunya adalah kejahilan anak-anak bahkan yang sudah dewasa juga untuk menyalakan petasan pada bulan Ramadhan. Terkadang kejadian ini disesalkan namun sisi lain menyenangkan.
Petasan sepertinya sudah menjadi tradisi di negara kita untuk dinyalakan pada bulan Ramadhan, terutama pada saat shalat tarawih. Dentuman petasan yang saling bersahutan menggema disekitar masjid. Dan, hal ini menjadi kelucuan tersendiri bagi mereka yang berada di masjid tersebut.
Namun, petasan tidak hanya saat shalat tarawih saja. Selepas shalat shubuh biasanya anak-anak pergi ke penjual petasan dan mencari lokasi yang tepat untuk menyalakan petasan yang mereka beli.
Lucunya lagi, ketika petasan meledak sorak-sorak dari penyala petasan dan temanya membahana, terlebih bila dimarahi oleh warga sekitar yang terganggu oleh suara petasan tersebut. Tentu anak-anak akan lari menghindari kemarahan warga tersebut.
Namun, kejadian itu tidak membuat surut anak-anak untuk menyalakan petasan. Mereka tetap menyalakan meski diprotes oleh warga sekitar.
Belum lagi penjual petasan yang bak menjamur di Indonesia. Penjual menjual berbagai petasan dengan berbagai bentuk, dan tentu dengan berbagai macam harga. Tidak lain utnuk mencari keberkahan di bulan suci Ramadhan.
Kendati demikian, petasan memiliki arti tersendiri bagi anak-anak, terutama orang dewasa yang telah melewati masa-masa itu. Bahwa petasan merupakan penyemangat dan penanda orang berpuasa di bulan Ramadhan
Jadi, perlu diperingatkan kepada anak-anak mengenai petasan bila hal itu dirasa sudah berlebihan. Namun, perlu diperhatikan bila hal itu tidak berlebihan, yakni itu cara anak-anak menyemangati diri dan teman-teman mereka dalam berpuasa di bulan suci Ramadhan.
Selamat Berpuasa ya..
0 komentar:
Posting Komentar